5 Cara Membimbing Anak yang Memiliki Retardasi Mental.

5 Cara Membimbing Anak yang Memiliki Retardasi Mental.

Membimbing berarti menunjukkan, mengarahkan, membantu, dan menuntun. Ini bisa dilakukan siapa saja. Namun, untuk membimbing anak berkebutuhan khusus seperti yang mengalami retardasi mental, butuh bantuan ahli.

Anak dengan retardasi mental disebut juga dengan tunagrahita. Melansir Healthline, anak tunagrahita adalah anak dengan kategori otak yang belum berkembang dengan baik atau mengalami cedera. Otak mereka mungkin juga tidak berfungsi dalam kisaran normal fungsi intelektual dan adaptif. 

Meskipun demikian, anak-anak tuna grahita berhak mendapat pendidikan seperti anak-anak pada umumnya. Mereka harus diarahkan dan dibimbing dengan baik agar berkembang ke arah yang lebih baik pula.

Anak-anak dengan retardasi mental biasanya ditempatkan di sekolah khusus atau sekolah luar biasa (SLB). Salah satu ahli di sekolah yang paling bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-anak tunargrahita adalah adalah konselor.

Untuk lebih jelasnya, berikut ini beberapa cara untuk membimbing anak-anak dengan retardasi mental, orang tua harus memahaminya.

1. Melaksanakan bimbingan dengan metode individual Ilustrasi mendidik anak. unsplash.com/Adam Winger llustrasi mendidik anak. unsplash.com/Adam Winger

Berdasarkan laporan berjudul "Bimbingan Bagi Anak Tunagrahita dalam Meningkatkan Belajar di SLB Darma Bhakti Kemiling Bandar Lampung" yang ditulis oleh Febri Eka Wati tahun 2019, dijelaskan bahwa untuk membimbing anak diperlukan metode individual.

Metode individual adalah bantuan yang diberikan kepada seseorang dengan langsung, yaitu face to face relationship, yang memerlukan tatap muka antara pembimbing dan individu.

Cara tersebut diterapkan agar anak merasa lebih diperhatikan. Anak-anak dengan retardasi mental butuh perhatian lebih dari anak-anak pada umumnya. Maka, bimbingan yang dilakukan lebih efektif dan difokuskan pada anak. Semakin optimal suatu bimbingan, maka tingkat perkembangan anak ke arah yang lebih baik semakin bisa dicapai.

2. Home visit

Home visit atau kunjungan rumah membuat guru mengetahui informasi yang diperlukan untuk perkembangan anak, serta dapat membina hubungan timbal balik yang baik dengan orang tua anak.

Cara tersebut memungkinkan layanan dan edukasi yang diberikan menjadi optimal. Tujuan lain dari home visit adalah untuk mengetahui kondisi atau keadaan rumah dan bagaimana lingkungan tempat tinggal anak.

3. Meningkatan keterampilan personal anak tunagrahita melalui teknik "role playing"

Kepribadian anak tunagrahita tentu mengalami kesulitan dalam melakukan interaksi sosial. Mereka juga memiliki masalah ketika beradaptasi dengan teman-temannya. Oleh karena itu, keterampilan personal anak dilatih dan dibimbing.

Anak tunagrahita perlu berinteraksi dengan baik tehadap teman-temannya, guru dan keluarga. Salah satu cara untuk membentuk perilaku tersebut adalah dengan teknik role playing.

Huda, 2013, menyebut bahwa role playing adalah teknik pembelajaran yang berasal dari dimensi pribadi dan sosial anak. Contohnya adalah bermain peran, agar anak bisa memahami perilaku yang baru yang lebih baik.

Berdasarkan laporan dalam Jurnal Ilmiah Mahasiswa Bimbingan dan Konseling tahun 2018, dijelaskan bahwa teknik role playing memiliki pengaruh terhadap peningkatan keterampilan interpersonal anak tunagrahita.

Disebutkan bahwa keterampilan interpersonal tunagrahita setelah diberikan treatment role playing dengan pelaksanaan konseling individual mengalami peningkatkan skor rata-rata.

4. Membimbing anak tunagrahita melalui ceramah 

Ceramah adalah salah satu cara yang sering dilakukan untuk membimbing anak-anak tunarahita. Ceramah merupakan penuturan atau penyampaian informasi kepada orang banyak. Konselor dapat memberikan ceramah kepada anak-anak tunagrahita dengan alat bantu seperti gambar dan video.

Ceramah menjadi penghubung langsung dengan anak. Melalui ceramah yang diberikan oleh konselor, maka anak dapat lebih menghargai orang lain. Melalui ceramah, anak tunagrahita juga bisa diajak bertukar pendapat dengan sesama teman-temannya.

Konselor juga bisa mengajak mereka bertukar pendapat, menceritakan bagaimana pengalaman mereka, ataupun menilai diri sendiri. 

5. Memberikan anak motivasi belajar serta menciptakan suasana belajar yang sehat

Sudah pasti anak-anak tunagrahita juga butuh motivasi belajar seperti anak-anak lainnya. Tujuannya adalah agar mereka semangat belajar, terutama belajar hal-hal baru yang mereka belum ketahui sebelumnya. Cara ini sangat penting karena akan membantu anak menyalurkan bakat serta minatnya.

Memberikan pujian juga bisa membuat mereka lebih bersemangat. Namun, saat memotivasi anak, jangan lupa juga untuk menghargainya karena keterbatasan dan kepribadian yang ia miliki.

Suasana belajar yang sehat artinya suasana belajar yang produktif agar hasil atau target yang dicapai lebih maksimal. Konselor dapat menciptakan suasana belajar yang saling membutuhkan satu sama lain, saling bertatap muka, dan kompetitif.

Itulah lima cara yang bisa dilakukan untuk membimbing anak-anak dengan retardasi mental. Bila merasa kesulitan dan butuh bantuan, jangan ragu untuk konsultasi dengan ahli profesional ya.


*dikutip langsung dari IDNTIMES.COM